Magelang - Suara kendang, gong, dan saron terdengar berpadu harmonis dari salah satu sudut Lapas Magelang, di ruang pembinaan sejumlah warga binaan tampak serius mengikuti latihan gamelan yang digelar rutin setiap pekan. Dengan panduan instruktur, mereka menabuh setiap instrumen dengan penuh konsentrasi, seolah merangkai irama sekaligus merajut kembali kepercayaan diri yang sempat hilang, Sabtu (06/12/2025).
Kegiatan latihan gamelan ini bukan sekadar hiburan bagi para warga binaan, seni tradisi Jawa tersebut menjadi ruang untuk belajar disiplin, kerja sama, dan pengendalian diri. Setiap nada yang dimainkan mengajarkan keselarasan, sementara setiap komposisi yang dihafalkan menjadi bukti bahwa mereka mampu berubah dan berkembang.

Antusiasme warga binaan terus meningkat seiring berjalannya program. Banyak dari mereka yang awalnya tidak mengenal gamelan, kini mampu memainkan beberapa instrumen dengan percaya diri. Selain memperkaya wawasan budaya, kegiatan ini sekaligus membuka peluang keterampilan baru yang dapat dimanfaatkan saat mereka kembali ke masyarakat.

Kepala Lapas Magelang Agung Supriyanto, menegaskan bahwa program seni tradisional seperti gamelan memiliki peran penting dalam pembinaan mental dan karakter warga binaan.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap warga binaan memiliki kesempatan untuk belajar, berkreasi, dan menemukan potensi positif dalam dirinya. Gamelan menjadi sarana yang efektif karena mengajarkan ketekunan, keharmonisan, dan kebersamaan, ” ujarnya.
Beliau juga menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Lapas Magelang menciptakan lingkungan pembinaan yang lebih humanis.
“Harapan kami, melalui latihan gamelan ini, warga binaan dapat membawa pulang nilai-nilai baik yang mereka pelajari. Musik dapat menjadi jembatan untuk perubahan, ” tambahnya.
Di balik jeruji besi, gamelan menghadirkan suasana berbeda lebih hangat, lebih manusiawi. Irama yang tercipta dari jari-jari warga binaan itu menjadi simbol harapan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri, menemukan jati diri, dan menata masa depan yang lebih baik.
Di Lapas Magelang, gamelan bukan hanya musik; ia menjadi jembatan menuju perubahan. Melalui setiap denting nada, para warga binaan belajar bahwa harmoni dapat tercipta, bahkan dari tempat yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
(Humas Lapas Magelang)
